
Indeks Bursa Wall Street di Amerika Serikat berakhir menguat pada hari Rabu (2/4). Meski sempat turun di awal sesi, akhirnya indeks tersebut rebound dan meningkat. Hal ini terjadi lantaran para investor memodifikasi taktik investasi mereka menyusul deklarasi tariff besar-besaran yang akan diumumkan Presiden AS Donald Trump.
Setelah penutupan bursa, Trump memulai pengumuman tentang keputusan tariff-nya. Ini menimbulkan dampak negatif pada kontrak berjangka S&P 500 serta Nasdaq yang keduanya merosot sebesar 1,6% dan 2,4%. Pergerakan tersebut mencerminkan ketidaknyamanan investor terkait dengan proposal tarif baru-baru ini milik Trump. Keadaan ini memberi sinyal bahwa di awal sesi dagang esok hari Kamis, indeks saham Amerika Serikat cenderung akan tertekan.
Di samping itu, Trump menerbitkan kebijakan tariff yang meluas, di antaranya adalah pemberlakukan bea masuk sebesar 10% pada semua barang impor ke Amerika Serikat bersama dengan tambahan tariff kepada beberapa negara partner perdagangan penting. Kecemasan tentang ketidaktentuan mengenai tarif tersebut beserta efeknya terhadap ekonomi dunia, laju inflasi, serta penghasilan korporasi semakin memperburuk fluktuasi pasar dalam beberapa minggu belakangan ini.
Indeks Volatilitas CBOE (.VIX), yang merupakan penunjuk keragu-raguan di Wall Street, masih bertahan di posisi teratas sejak akhir Maret. Sejumlah bea seperti besi tulang, alumunium, serta produk otomotif sudah diberlakukan lebih awal, sedangkan detail dari keputusan mengenai bea masuk tersebut disampaikan oleh Trump saat sesi di Taman Rosen Gedung Putih pada jam 16:00 ET (23:00 WIB).
- Donald Trump Secara Resmi Mengumumkan Peningkatan Tarif Impor, Indonesia Terdampak 32%
Christopher Wolfe, yang menjabat sebagai Presiden dan Kepala Investasi di Pennington Partners & Co, menjelaskan bahwa pernyataan Trump memiliki dampak signifikan karena bisa memengaruhi keputusan kebijakan serta bagaimana perusahaan-perusahaan Amerika Serikat bereaksi terhadap kondisi pasar.
"Be ban yang kami semuanya alami saat ini," ujar Wolfe seperti dilaporkan Reuters pada hari Kamis (3/4).
Mendekati pidato Trump, Wolfe menyebutkan bahwa reaksi pasar akan bergantung pada cara para investor menilai kebijakan tersebut. Mereka mungkin memandangnya sebagai strategi ekonomi yang matang atau sebaliknya, peraturan tariff yang tak tentu arah dan dapat memiliki dampak negatif.
Sebelum Trump merilis keputusannya, saham di bursa utama Wall Street menunjukkan pertumbuhan. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJI) melonjak sebesar 235,36 poin atau 0,56%, mencapai angka 42.225,32. Sementara itu, S&P 500 (SPX) juga naik dengan tambahan 37,90 poin hingga berada di posisi 5.670,97, yang setara dengan kenaikan 0,67%. Sedangkan Nasdaq Composite (IXIC) tumbuh signifikan dengan peningkatan 151,16 poin atau 0,87% menjadi 17.601,05. Penguatan tersebut didorong oleh performa baik dari perusahaan-perusahaan teknologi terkemuka pada hari tersebut.
Saham Tesla naik tajam 5,3% usai laporan politico menunjukkan bahwa Trump berkomentar pada menteri-menternya serta orang-orang terdekatnya bahwa Elon Musk, yang merupakan Chief Executive Officer Tesla juga mitra kerjanya, berencana untuk meninggalkan jabatannya dalam lingkup pemerintahan tersebut.
Berita ini berhasil mengangkat kembali nilai saham Tesla yang tadinya merosot karena adanya laporan tentang penurunan pengiriman mobil sebesar 13% di kuarter awal. Peningkatan ini mendorong indeks consumer discretionary (.SPLRCD) untuk melonjak 2%, menjadi sektor dengan performa terbaik dalam 11 sektor S&P. Akan tetapi, harga saham Tesla turun saat Presiden Trump memberi pidato.
Dari kelompok Magnificent Seven, saham Amazon.com bertambah 2% setelah beredar kabar jika perusahaannya sedang berniat untuk mengakuisisi platform video singkat TikTok.
Dari perspektif ekonomi, angka-angka menunjukkan peningkatan upah sektor swasta di Amerika Serikat pada bulan Maret. Di samping itu, pemesanan baru untuk produk-produk manufaktur naik tajam di bulan Februari, mungkin disebabkan oleh perusahaan yang berusaha memesan lebih cepat sebelum aturan tariff terbaru diterapkan.
Saat ini, perhatian investor tertuju pada laporan penggajian nonpertanian yang akan dirilis serta pidato Ketua Federal Reserve, Jerome Powell pada hari Jumat. Data ini diharapkan memberikan gambaran tentang kondisi ekonomi AS dan kemungkinan arah kebijakan suku bunga.
Sebelumnya, para pemain di pasar mengantisipasi Federal Reserve akan menurunkan tingkat suku bunganya sebanyak tiga kali pada tahun ini. Akan tetapi, potensi kenaikan inflasi akibat dari keputusan tariff baru-baru ini telah menjadikan perkiraan tersebut tidak lagi pasti.
Volume perdagangan di bursa AS berada di angka 15,94 miliar saham, yang sedikit melebihi rata-rata 15,86 miliar saham selama 20 sesi perdagangan sebelumnya.