
JAKARTA, – Sebuah bangunan berarsitektur kolonial yang anggun terletak di area hijau antara pohon-pohon tinggi dalam lingkungan mewah Menteng, Jakarta Pusat.
Rumah tersebut tidak hanya sebuah struktur. Ini menampung riwayat yang mendalam, berperan sebagai pengamat sunyi bagi jejak para tokoh pimpinan Jakarta dari satu generasi ke generasi lainnya.
Saat ini, rumah dinas gubernur yang terletak di Jalan Taman Suropati Nomor 7 tersebut telah memiliki pemilik baru setelah lama tidak digunakan.
Gubernur Jakarta, PramONO Anung, pada akhirnya mengambil keputusan untuk tinggal di tempat kediaman resmi itu.
Putusan tersebut muncul setelah tekanan dari istrinya, yang secara konsisten mengajaknya untuk tidak lagi menolak berkah yang hadir bersama dengan posisinya itu.
Rumah dinas yang kaya akan sejarah
Rumah dinas gubernur Jakarta tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal untuk pimpinan mantan ibukota.
Berita harian Kompas edisi 23 Oktober 2017 melaporkan bahwa kediaman tersebut didirikan tahun 1939, ketika Indonesia masih dikuasai oleh Belanda, dan memiliki alamat di Burgemeester Bisschopplein nummer 7.
Gedung ini awalnya ditempati oleh Walikota Batavia, EA Voorneman, pada tahun 1941.
Riwayat dunia berbalik saat Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949.
Sjamsuriddjal, wali kota jakarta raya pertama pasca kemerdekaan, merupakan pimpinan daerah lokal pertama yang menempati rumah itu.
Mulai saat itu, kediaman resmi gubernur menjadi bukti kekuatan pemerintahan Jakartaselutup sepenuhnya dalam kendali warga negara mereka.
Gubernur-gubernur DKI Jakarta bertukar satu per satu dan semuanya tinggal di tempat ini. Sutiyoso menghuni rumah tersebut sepanjang masa jabatan beliau yang berlangsung selama dua periode.
Fauzi Bowo mengikutinya dengan menetap selama lima tahun. Sementara itu, Joko Widodo juga pernah tinggal di tempat tersebut selama dua tahun sebelum pada akhirnya terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia.
Akan tetapi, tidak seluruh gubernur memutuskan untuk menetap di kediaman resmi tersebut. Basuki Tjahja Purnama (Ahok) serta Anies Baswedan cenderung lebih senang bertahan di hunian milik sendiri, sehingga membuat gedung kediaman negara itu menjadi lokasi menerima tamu dan menyelenggarakan kegiatan formal saja.
Sekarang, setelah puluhan tahun tidak dipakai sepenuhnya, rumah dinas gubernur tersebut akan menyala lagi dengan cahaya keluarga.
Tekanan dari istrinya berhasil menghancurkan kekuatan Pramono.
Di postingannya di akun Instagram resmi miliknya, @pramonoanungw, Pramono menyebutkan bahwa sepanjang karirnya dalam pelayanan publik, dia telah menerima lima kali rumah dinas. Mulai dari Denpasar Raya, Widya Chandra, sampai Kalibata, tidak satupun yang pernah digunakan olehnya.
"Tapi tidak jelas mengapa secara tiba-tiba istriku, selama beberapa hari terus-menerorku. Dia berkata, 'Pak, cukup saja, mari kita tinggalkan rumah dinas ini sebentar,' " ungkap Pramono.
Pramono awalnya meragukan hal tersebut. Tetapi, sesudah melihat langsung tempat tinggal resmi dari sang gubernur, dia mulai berpikir lebih lanjut tentang tawaran itu.
Yang dapat mencairkan hatinya ialah nasihat dari si istri yang mengingatkannya akan filsuf Jawa.
Mengapa saya putuskan untuk mengambil posisi tersebut? Karena istriku berkata, 'Kau kan berasal dari Jawa, jika seorang Jawa diberi kepercayaan, apalagi ini adalah jabatan Gubernur, kau tidak boleh menolak, jadi jika kau tidak ambil, itu akan menjadi kesalahanmu,' " terangnya.
Setelah berpikir matang-matang, Pramono pada akhirnya menerima tawaran tersebut. Dia lalu mengambil keputusan untuk tinggal di rumah dinas gubernur, suatu pilihan yang dia yakini dapat memberikan berkah dalam periode kepemimpinannya itu.
"Semoga hal ini pula menjadi berkat untuk kita semua sambil saya memimpin Anda semua," katanya.
Walaupun telah mengonfirmasi niat untuk berpindah, masih belum jelas kapan secara pasti Pramono dan familiya akan mulai menempati rumah dinas itu.
Namun demikian, jelaslah bahwa kediaman lama di Taman Suropati saat ini akan dipulihkan fungsinya — menjadi hunian bagi pimpinan Ibu Kota dan juga sebagai lambang otoritas yang kini memang ditempati secara resmi.