5 Film Indonesia yang Menggambarkan Zaman Orde Baru


categories: , , , ,

diwida.news Film adalah media visual kaya akan eksploitasi imajinasi yang memungkinkan pemirsa untuk merasakan kondisi ceritanya secara langsung.

Banyak film menampilkan setting waktu spesifik bersama narasi yang khas.

Tampilan puncak dari karakter dan setting dalam film memungkinkan para penonton untuk merasakan era ketika tokoh-tokoh tersebut hidup.

Sebagai negara bersejarah, Indonesia mempunyai periode tersendiri yang masih teringat jelas oleh banyak warga negaranya, yakni era Orde Baru.

Seiring berjalannya waktu dan kemajuan generasi, kisah-kisahan dari era tersebut tetap terjaga sampai sejumlah film diciptakan dengan setting periode Orde Baru.

Berikut adalah sejumlah film yang dapat membantu Anda memahami gambaran masa Orde Baru, bagi Anda yang ingin tahu lebih jauh tentang hal tersebut:

1. Aum

Film "Aum!" merupakan sebuah karya bergenre drama dan petualangan dari Indonesia yang dirilis pada tahun 2021. Film ini ditulis dan disutradarai oleh Bambang "Ipoenk" Kuntara Mukti.

Film ini mengambil setting pada Peristiwa Reformasi tahun 1998 dan diperankan oleh Jefri Nichol, Chicco Jerikho, Aksara Dena, serta Agnes Natasya Tjie.

Movie ini bercerita mengenai dua tokohaktivis, yaitu Satriya dan Adam, yang bekerja sama dengan para penggerak sosial lainnya guna membela hak-hak kelompok masyarakat yang diabaikan serta ditekan oleh pemerintahan lokal sebelum peristiwa reformasi tahun 1998.

Kisah fiktif ini disajikan dalam latar belakang Peristiwa Reformasi tahun 1998, menampilkan gambaran tentang sejarah serta situasi politik yang melanda Indonesia saat itu.

Proses pengambilan gambar berlangsung di Yogyakarta saat masa pandemic COVID-19 dan mematuhi tata cara keamanan lokal terkait COVID-19.

Gambaran Satriya dan Surya Jatitama yang diciptakan oleh Nichol mengambil inspirasi dari Budiman Sudjatmiko, seorang tokohaktivis dalam Gerakan Reformasi.

Film "Aum!" secara resmi diperkenalkan melalui rilisan aplikasi mobile milik layanan Video On Demand Bioskop Online, yang disebut sebagai proyek awalnya, pada 1 April 2021. Film ini kemudian diluncurkan pada 30 September 2021 dan dimulai ditayangkan di situs web streaming Netflix sejak 11 Mei 2023.

Pada hari perilisan, film beserta tagarnya "#MengAumHariIni" naik trending di Twitter dan juga memperoleh sejumlah nominasi dalam Piala Maya tahun 2022.

2. Istirahatlah Kata-Kata

Film "Istirahatlah Kata-Kata" merupakan sebuah produksi ber-genre drama biografi dari Indonesia yang dirilis pada tahun 2016. Pengarah di balik proyek ini adalah Yosep Anggi Noen.

Movie ini menceritakan perjalanan lari penyair sertaaktivis Wiji Thukul yang hilang pada tahun 1998.

Movie ini mengikuti periode kaburnya Wiji Thukul usai kejadian pemberontakan 27 Juli 1996.

Wiji Thukul dikriminalkan dan terpaksa menyembunyikan diri dari pengejaran pihak berwenang.

Film ini menceritakan kehidupan Wiji Thukul saat dalam persembunyian, beserta pengaruhnya pada keluarganya, khususnya istrinya yang bernama Sipon.

Film ini sukses dalam menceritakan sebuah kisah unik dan telah meraih berbagai penghargaan, salah satunya adalah Pengarah Film Terbaik di ajang Usmar Ismail Awards tahun 2017.

Movie ini mengeksplorasi topik seputar hak untuk menyampaikan pendapat, pertempuran lawan ketidaktepatan, serta pengaruh dunia politik terhadap hidup individu. Film tersebut juga mencerminkan rasa takut dan kesendirian yang dijalani oleh paraaktivis dan famili mereka saat era Orde Baru.

Film ini menggambarkan Wiji Thukul bukan hanya sebagai seorang pahlawam, melainkan juga sebagai insan awam yang memiliki ketakutan serta kelemahannya.

Janda Wiji Thukul yang perlu menanggung beban kehidupan tanpa sang suami pun tampil dalam film tersebut.

3. Sang Penari

"Sang Penari" merupakan sebuah film dramatis Indonesia produksi tahun 2011 yang dikendalikan oleh sutradara Ifa Isfansyah. Film tersebut berdasarkan pada tiga buah novel Ronggeng Dukuh Paruk karangan Ahmad Tohari.

Movie ini menceritakan kisah cinta yang pahit antara Rasus, laki-laki muda dari sebuah desa, dengan Srintil, penari ronggeng baru di desa kecil bernama Dukuh Paruk tempat mereka tinggal.

Setting kisah ini terjadi di Indonesia pada dekade 1960-an yang ditandai oleh ketidakstabilan politik.

Movie ini pun mencerminkan kondisi hidup penduduk pedesaan yang dilanda kemiskinan, kelaparan, serta ketidaktahuan.

Film "Sang Penari" menerima berbagai penghargaan di ajang Festival Film Indonesia tahun 2011, antara lain Penghargaan untuk Film Terbaik, Sutradara Terbaik, Aktris Utama Terbaik yang diraih Priska Nasution, serta Aktris Pembantu Terbaik dengan pemenangnya Dewi Irawan.

Movie ini mengeksplorasi topik percintaan, kebiasaan budaya, dan dinamika politik saat itu, sambil juga membahas tentang adat istiadat serta kondisi politik di zamannya.

Movie ini menghadirkan kebudayaan ronggeng yang menjadi elemen penting dalam warisan Jawa serta memperlihatkan pemakaian bahasa Banyumasan, yaitu bahasa lokal di setting latar tempat ceritanya berlangsung.

4. Gie

Film "Gie" merupakan sebuah film biografi dari Indonesia yang rilis pada tahun dua ribu lima.

Film ini disutradarai oleh Riri Riza dan berdasarkan jurnal pribadi Soe Hok Gie, seorangaktivis pelajar serta penulis ternama di Indonesia masa tahun 1960-an.

"Gie" adalah sebuah film yang berdasarkan pada buku "Catatan Seorang Demonstran" karangan Soe Hok Gie.

Film ini mengisahkan tentang kehidupan Soe Hok Gie, seorang mahasiswa Universitas Indonesia yang kritis dan idealis.

Ceritanya menggambarkan perjuangan Gie dalam melawan ketidakadilan dan korupsi pada masa Orde Lama dan Orde Baru.

Film ini pun menggambarkan kehidupan personal Gie, meliputi persahabatannya, hubungan cintanya, serta kesukaannya terhadap alam.

Film "Gie" mendapat berbagai pengakuan besar di ajang Festival Film Indonesia tahun 2005, dengan piala untuk Kategori Film Terbaik, Sutradara Terbaik, serta Aktor Terbaik yang diraih oleh Nicholas Saputra.

Movie ini mengeksplorasi topik seputar idealisme, keadilan, korupsi, dan pertempuran mahasiswa sambil melukiskan kondisi politik dan sosial di zamannya.

5. Surat Dari Praha

Film "Surat Dari Praha" merupakan sebuah karya sinema bertemakan drama dan romantisme dari Indonesia yang dirilis pada 2016. Pengarahnya adalah Angga Dwimas Sasongko.

Film ini mengambil inspirasi dari pengalaman sebenarnya para eksil Indonesia yang tak dapat pulang usai Peristiwa 30 September 1965.

Film ini bercerita tentang Larasati (dimainkan oleh Julie Estelle), seorang perempuan muda yang harus mengeksekusi kemauan sang ibu, Sulastri (digambarkannya oleh Widyawati), yaitu menyampaikan sebuah kotak beserta suratnya ke tangan Jaya (yang diperankannya sebagai Tio Pakusadewo) di kota Praha.

Jaya merupakan calon suami sebelumnya dari ibu yang tidak dapat kembali lagi ke Indonesia karena kondisi politik saat itu.

Pergiannya Larasati ke Praha membimbingnya untuk mengetahui sejarah asmara antara sang ibu dengan Jaya, sambil mencerminkan misteri yang terpendam bertahun-tahun lamanya.

Movie ini membahas topik seputar kasih sayang, kesedihan akibat pemisahan, pengurbanan diri, serta efek dari urusan politik pada kehidupan individu. Film tersebut juga menunjukkan rasa kangen terhadap tanah kelahiran dan pertempuran yang dilalui oleh para eksil Indonesia di negara lainnya.

"Surat Dari Praha" pernah menjadi bagian dari daftar shortlist Academy Awards ke-89 dalam kategori Best Foreign Language Film yang mewakili Indonesia. (MG Nya Komang Putri Sawitri Ratna Duhita)

Related Posts: