
SantiJaya Banyuwangi - (Peralatan Rumah Tangga, Harga Terjangkau, Ramah di Kantong) | , JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatur peningkatan tariff cukai impor perdagangan atau tariff resiprokal untuk Indonesia menjadi 32%.
Putusan tersebut diumumkan oleh Trump di Taman Mawar, Istana Putih pada hari Rabu petang (2/4/2025). Menurut pernyataan yang dibacanya, kebijakannya yang baru ditandatanganinya bertujuan untuk mengembalikan kemuliaan bagi Amerika Serikat.
"Ini merupakan pernyataan kemerdekaan bagi penentuan tarif baru AS," ujar Trump seperti dikutip Reuters pada hari Kamis (3/5/2025).
Bermacam Sebab Trump Mengenakan Beban Impor sebagai Balas JASA ke Cina dan Vietnam
Jika diurai lebih lanjut, Trump menyebabkan penerapan bea tambahan terhadap beberapa negara yang diyakini sudah lama memperoleh banyak manfaat dari perdagangan dengan AS. Sementara itu, Indonesia justru memiliki defisit dagang dengan Amerika Serikat.
Berdasarkan data BPS, neraca perdagangan barang antara Indonesia dan Amerika Serikat masih menunjukkan surplus sampai bulan Februari 2025, dengan nilai mencapai US$3,14 miliar. Lebih lanjut, angka ini juga melampaui hasil untuk periode yang sama di tahun sebelumnya yaitu US$2,65 miliar.
: RI Terkena Tarif 32% dari Trump, Pemerintah Perlu Bertindak Apa?
Akan tetapi, surplus neraca dagang Hal tersebut tidak dialami oleh AS. Menurut data dari Reuters, neraca perdagangan AS dengan Indonesia malah mengalami defisit sebesar US$18 miliar.
Impor Amerika Serikat ke Indonesia yang tidak seimbang dengan eksportir Amerika Serikat ke Indonesia adalah alasan utama mengapa Trump memutuskan untuk memberlakukan bea balas senilai 32% bagi Indonesia.
: Tarif Baru Trump Segera Diimplementasikan, Inilah 10 Barang Utama Ekspor RI Ke AS
Bukan hanya itu, Trump pun pernah mengindikasikan bahwa penerapan tariff balasan tersebut merupakan "balasan" atas penempatan taxp tarif impor yang di tetapkan oleh beberapa negara terhadap Amerika.
Pada saat memberi pidato, Trump memegang papan yang menunjukkan bahwa Indonesia menerapkan tariff impor sebesar 64% untuk produk-produk dari Amerika Serikat.
Akhirnya, biaya yang diterapkan untuk Indonesia mencapai 32% atau lebih tinggi daripada Malaysia yang hanya 24%, serta jauh di atas tarif Filipina yaitu 17%.
Pada saat bersamaan, Kamboja meraih posisi sebagai negara dengan tingkat pengenaan bea masuk balik tertinggi di ASEAN sebesar 49%, mengikuti dekat oleh Laos yang menerimanya pada angka 48%.
Menanti Respons Pemerintah
Pada sisi lain, pemerintah Indonesia sampai sekarang belum memberikan tanggapan mengenai keputusan tariff yang diumandkan oleh Trump.
Menurut data dari Bisnis, sejalan dengan rencana semula, pihak pemerintahan akan mengeluarkan respons mereka pada hari Kamis tanggal 3 April 2025 jam 10:45 WIB melalui platform online.
Rencana awalnya, konferensi pers yang akan diikuti oleh Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menkeu Sri Mulyani, serta Menteri Perdagangan Budi Santoso, direncanakan untuk menyampaikan pendapat mereka hari ini.
Selain itu, Menteri Luar Negeri Sugiono dan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita juga akan berpartisipasi dalam penyampaian tanggapan mereka terkait dengan poin-poin yang dibahas dalam acara tersebut.
Namun, tak berapa lama kemudian muncul kabar bahwa pihak pemerintahan mengurungkan niat untuk menyelenggarakan konferensi pers daring pada hari ini.
Pemerintah mengungkapkan bahwa kebijakan tariff AS cukup rumit karena melibatkan banyak jenis barang yang berbeda. Oleh sebab itu, diperlukan diskusi mendalam antara departemen-departemen serta badan-badan terkait untuk meninjau hal ini lebih lanjut.
"Mempertimbangkan aspek tersebut, kami ingin menyatakanbahwa press conference ditekalkan sampai pengumuman berikutnya," demikian tertulis dalam keterangan yang diterima Bisnis dan dirilis pada hari Kamis (3/4/2025).
Sementara itu, pengusaha menekan pemerintah Indonesia agar dengan cepat mengambil tindakan terhadap kebijakan tersebut. tarif Trump Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindi), Shinta Kandani, menyebut bahwa terdapat minimal empat tindakan yang dapat diambil oleh pemerintahan dalam menghadapi keputusan Trump tersebut.
Shinta menyebut bahwa tindakan yang benar harus segera diambil oleh pemerintah Indonesia, karena kebijakan terbaru dari Trump sudah memicu ketakutan di antara pelaku bisnis dan publik secara umum.
"Sebab memiliki pengaruh besar pada aliran dagang dunia," ujar Shinta saat berbicara dengan Bisnis, hari Kamis tanggal 3 April 2025.
Dengan demikian, Shinta menyatakan bahwa Apindo mendukung empat poin penting yang harus dipertimbangkan oleh pihak berwenang. Yang pertama adalah mendorong adanya persetujuan bersama antara Indonesia dan Amerika Serikat untuk memastikan negara kita dapat meraih akses ke pasar secara optimal serta bersaing di tingkat tertinggi.
Kedua, mengharapkan pemerintah meninjau ulang tarif impor dari Amerika ke Indonesia. Yang mana, aspek ini pernah mendapat perhatian dari Trump karena Indonesia menerapkan beban tersebut. traffic charge Untuk barang-barang yang diimpor dari Amerika Serikat mencapai 64%.
Ketiga, pemerintah harus meningkatkan upaya untuk mendorong keragaman pasar tujuan ekspor. Jika ini berhasil dilaksanakan, performa ekspor nasional akan menjadi lebih optimal dan tetap stabil meskipun ada kebijakan yang lebih membatasi bagi eksportir Indonesia di Amerika Serikat.
Keempat, Apindo menyarankan bahwa pemerintah harus mendukung program revitalisasi untuk meningkatkan sektor industri berbasis tenaga kerja dan menerapkan deregulasi sehingga produk-produk dalam negeri menjadi lebih kompetitif dan bisa bersaing dengan baik di pasaran ekspor.